Berkah Ponsel,
Ekonomi Nelayan Bergerak Maju


Oleh: Mohammad Hidayaturrahman
(Alumni dan pendiri HIMAS)


Saat ini, keberadaan telepon seluler (ponsel) tak hanya dirasakan oleh kaum profesional yang tinggal di kota-kota besar. Ponsel juga dirasa sangat besar manfaatnya oleh para nelayan di pelosok negeri yang berada di wilayah kepulauan, dimana yang menjadi pengguna ponsel di wilayah kepulauan adalah para nelayan. Salah satu kepulauan yang nelayannya banyak menggunakan ponsel adalah Kepulauan Kangean dan Sapeken.

Meski termasuk wilayah Madura, Jawa Timur, warga Kepulauan Kangean dan Sapeken tinggal di daerah yang tidak mudah dijangkau alat transportasi laut, apalagi darat dan udara. Untuk mencapai kepulauan ini, dibutuhkan sedikitnya waktu 12 jam perjalanan kapal laut, dari Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur. Kapal yang digunakan adalah kapal perintis, milik Pemerintah Pusat, melalui Departemen Perhubungan. Jangan bayangkan, bahwa kita bisa bepergian ke kepulauan ini setiap hari dengan menggunakan kapal perintis tersebut. Sebab, kapal perintis mendatangi kepulauan ini hanya sepekan sekali.

Dan jika berangkat dari Sumenep, Madura, waktu yang dibutuhkan tak kurang dari 10 hingga 18 jam perjalanan untuk sampai di kepulauan ini. Sungguh jarak yang cukup jauh, dan melelahkan bagi mereka yang bepergian dengan menggunakan kapal laut. Tak ada transportasi darat yang bisa dimanfaatkan untuk sampai ke kepulauan ini, sebab posisinya memang tepat berada di tengah-tengah lautan. Posisi kepulauan tepat berada di sebelah utara Pulau Bali, sebelah timur Pulau Madura, sebelah selatan Kalimantan, dan sebelah Barat Sulawesi.

Sedikitnya ada 100 ribu jiwa yang menghuni 33 pulau yang ada di Kepulauan Kangean dan Sapeken. Sebagian besar diantara mereka adalah suku Madura, Bajo dan Mandar atau Bugis. Mata pencarian utama penduduk kepulauan ini adalah nelayan, di samping sedikit bercocok tanam. Pertumbuhan ekonomi warga kepulauan ini secara perlahan namun pasti terus bergerak maju. Terlebih lagi dengan kehadiran operator ponsel yang telah beroperasi sejak beberapa tahun lalu. Ada tiga operator ponsel yang telah eksis di kepulauan ini, yaitu Exelcomindo (XL), Indosat, dan Telkomsel. Kehadiran operator ponsel ke kepulauan ini memudahkan para nelayan mengetahui fluktuasi dan perkembangan harga ikan di tempat tujuan penjualan, seperti Bali, Banyuwangi, Pasuruan, Surabaya, Madura dan lain-lain. Para nelayan dengan cepat dan dalam waktu singkat dapat berkomunikasi dengan para pembeli ikan di berbagai kota di Indonesia. Begitu pula para pengepul ikan di kepulauan ini dengan segera dapat menyesuaikan harga ikan dengan yang ada di kota tujuan pengiriman ikan. Dengan begitu, tidak ada lagi pihak yang menderita kerugian, akibat ketidakjelasa harga, sebagaimana biasa terjadi pada waktu sebelum ada ponsel di daerah ini.

Nelayan di kepulauan ini, sekarang juga dapat mengetahui dengat cepat tren ikan yang menjadi komoditas unggulan di tempat tujuan pengiriman, terutama di Bali dan Jawa. Dengan begitu, para nelayan dapat menyesuaikan ikan yang akan ditangkap. Sehingga tidak terjadi pemborosan dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam, sebab hanya ikan jenis tertentu yang ditangkap, sesuai dengan kebutuhan pasar yang sedang in.

Di kepulauan ini, sedang booming ikan kerapu dan lobster. Di samping rumput laut yang menjadi favorit para nelayan. Di samping harganya bagus, sebab termasuk komoditas tersebut juga berorientasi ekspor, ikan, lobster dan rumput laut banyak terdapat di sekitar perairan dan pantai kepulauan ini. Tak heran, jika di sekitar pulau berdiri keramba-keramba, tempat budidaya dan pembesaran kerapu dan lobster, sebelum dikirim ke Pulau Bali dan Jawa, untuk kemudian diekspor Hongkong dan negara lain.

Selain keramba, di sepanjang pantai hampir seluruh pulau, berbaris rapi tanaman budidaya rumput laut para nelayan. Hampir tak ada celah dan ruang yang tidak ditanami rumput laut di sepanjang pantai pulau oleh para nelayan. Baik pria maupun wanita, terlibat aktif dalam proses pembudidayaan rumput laut di kepulauan ini. Di samping tiga komoditas unggulan tadi, masih banyak terdapat komoditas perikanan lain yang dikelola oleh para nelayan di kepulauan ini. Diantaranya, cumi-cumi, rajungan, ikan tongkol dan tengiri. Selain ikan hias berbagai jenis.

Kondisi ini tidak dapat kita jumpai jauh hari sebelum berdirinya operator ponsel. Kehadiran ponsel di daerah nelayan ini, berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nelayan dan keluarganya. Jika diperhatikan, rumah-rumah sebagian besar nelayan sudah terdiri dari rumah modern, dengan peralatan dan aksesoris biasa dinikmati kalangan menengah di kota-kota. Parabola, bukan barang mewah bagi para nelayan di kepulauan ini. Demikian pula dengan perabot rumah tangga lainnya. Tak ketinggalan, handphone yang dipergunakan keluarga nelayan selalu mengikuti perkembangan tren dan mode yang terus berkembang. Model-model ponsel terbaru dapat kita lihat sering dipakai anak-anak dan keluarga nelayan.

Kehadiran ponsel di kepulauan ini tak hanya berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nelayan dan keluarganya, tapi juga berimbas positif kepada nasib masa depan pendidikan anak-anak para nelayan. Dulu, orang tua di daerah ini tak banyak yang sanggup menyekolahkan putera-puterinya ke kota-kota besar. Namun saat ini, anak-anak nelayan yang berasal dari kepulauan ini sudah banyak yang melanjutkan pendidikan ke berbagai kota yang ada di Indonesia. Sebagian besar diantara mereka melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, meski ada juga yang hanya menuntut ilmu di jenjang sekolah menengah atau juga sekolah agama seperti pesantren.

Anak-anak nelayan ini tersebar di berbagai perguruan tinggi swasta dan negeri di Surabaya, Malang, Bandung, Jakarta, Lampung, Padang, Makassar, dan lain-lain. Sedangkan untuk mereka yang belajar di sekolah menengah dan agama, biasanya belajar di Madura, Situbondo dan sebagian Jawa Tengah. Sebagian diantara mereka sudah ada yang menyelesaikan pendidikan dan sarjana dan kembali ke kepulauan ini untuk mengabdikan ilmu mereka. Sedangkan sebagian besar masih menyelesaikan pendidikan. Jumlah anak-anak nelayan di kepulauan ini yang sekolah dan kuliah di kota-kota mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Saat ini mereka juga telah memiliki satu perhimpunan mahasiswa yang bernama Himpunan Mahasiswa Sapeken atau disingkat Himas. Organisasi perkumpulan mahasiswa ini yang terus melakukan konsolidasi sumber daya mahasiswa yang berasal dari kepulauan ini.

Salah satu kecenderungan masyarakat nelayan di kepulauan ini dalam menggunakan ponsel adalah, tidak terlalu suka gonta-ganti kartu. Jika mereka telah suka dan cocok dengan satu kartu, maka susah untuk untuk berganti ke kartu lain. Namun yang jelas, masyarakat di kepulauan ini, sebagaimana yang umum di Madura daratan, biasa menggunakan ponsel dimana operatornya paling banyak memberi diskon dan fasilitas telepon gratis. Bagi mereka, yang penting murah dalam menelepon, soal fasilitas operator tidak terlalu penting. Yang penting bagi para nelayan, bisa telepon dan kirim sms itu sudah cukup. Dan tentu saja, yang menjadi pilihan, adalah operator yang bisa memberi kemudahan dalam koneksi, dengan pulsa yang murah.




Tidak ada komentar: